Jumat, 30 September 2011

Pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat? dan Apakah bahasa dapat mempengaruhi kehidupan manusia ?

Disini saya akan membahas tentang “Pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat?” dan “Apakah bahasa dapat mempengaruhi kehidupan manusia ?” Setiap orang pasti berbeda-beda memberikan pengertian tentang arti bahasa, dan menurut Gorys Keraf (1997 : 1) salah satu ahli, menurutnya bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Sedangkan fungsi dari bahasa itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

- Pada awal nya bahasa di gunakan pada anak hanya untuk mengekspresikan diri atau perasaan nya pada sasaran yang tepat dan sasaran awal nya adalah ayah-ibu nya. Namun seiring perkembangan semua itu telah berubah seiring menjadi dewasa nya seseorang. Ketika sudah dewasa maka seseorang akan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi dengan sesama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Contoh bahasa untuk mengekspresikan diri yaitu seorang penulis yang mengekspresikan diri nya melalui sebuah tulisan yang dia buat, ada pun seorang pelukis yang mengekspresikan diri nya melalui sebuah hasil karya lukisan.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).

2. Bahasa sebagai Alat Komunikasi
- Komunikasi adalah tahapan lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi pun tidak akan sempurna jika orang yang menangkap komunikasi kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Dengan komunikasi kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah di capai oleh nenek moyang kita dan kita dapat mengetahui apa saja yang akan dan dicapai oleh orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai komunikasi maka kita ingin orang yang menerima komunikasi kita dapat mengerti dan dapat menerima gagasan kita. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

3. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
- Bahasa pun selain dapat menjadi salah satu kebudayaan, tapi juga memungkinan manusia untuk mempelajari dan memanfaatkan pengalaman manusia itu. Bahasa asing Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

4. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
- Bahasa pun dapat menjadi kontrol sosial yang sangat efektif . Kontrol osisial ini dapat di terapkan di diri sendiri maupun di lingkungan. Ceramah agama atau dakwah pun dapat di kategorikan sebagai alat kontrol sosial. Contoh fungsi bahasa sebagai alat control sosial adalah sebagai alat peredam marah yaitu dengan cara menulis dengan menulis maka amarah kita akan hilang secara dikit demi dikit dan masalah menjadi lebih terang.


Sekarang ini banyak sekali bahasa-bahasa indonesia yang dibilang gaul dikalangan muda atau bahasa-bahasa lainnya yang bermunculan yang sering digunakan oleh kita sehari-hari, disinilah sangat diperlukannya peranan bahasa indonesia sebagai sarana agar kita dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi??

"Pentingnya bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan bermasyarakat?"
Warga Indonesia tidak dapat lepas dari bahasa indonesia. Terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi dan saling menyampaikan maksud. Tak hanya dalam bentuk lisan, tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan.

Menurut saya penting nya bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan bermasyarakat adalah sangat penting, karena kita adalah bangsa Indonesia dan pastinya kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, maka dari itu sudah tugas kira untuk mempergunakan, menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia...

Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.

Ternyata ragam bahasa pun ada jenis nya juga, yaitu
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
* Ragam bahasa undang-undang
- contoh : seperti undang-undang negara dan lain-lain
* Ragam bahasa jurnalistik
- contoh : media massa seperti Koran dan majalah
* Ragam bahasa ilmiah
- contoh : pembuatan penelelitian karya ilmiah dan skripsi
* Ragam bahasa sastra
- contoh : seperti kamus, dan lain-lain

Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
* Ragam bahasa cakapan
* Ragam bahasa pidato
* Ragam bahasa kuliah
* Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
* Ragam bahasa teknis
* Ragam bahasa undang-undang
* Ragam bahasa catatan
* Ragam bahasa surat

3.Ragam bahasa menurut hubungan antar pembicara dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara

* Ragam bahasa resmi
* Ragam bahasa akrab
* Ragam bahasa agak resmi
* Ragam bahasa santai
* dan sebagainya.

Menurut saya ragam bahasa adalah "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu bahasa Indonesia, banyak sekali ragam bahasa yang kita miliki dan seharusnya kita bangga akan itu dan menjadikan kita untuk belajar beragam bahasa yang ada agar dapat menyesuaikan dengan tempat kita berada agar komunikasi berjalan dengan baik.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Ternyata ada perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya, yaitu:
* ‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
* ‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
* ‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
* ‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
* ‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
* ‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
* awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, “oe” sudah tidak digunakan.

Selanjutnya adalah “Apakah bahasa dapat mempengaruhi kehidupan manusia?”
Fodor(1974) mengatakan bahwa bahasa adalah system symbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system symbol adalah hubungan symbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau bintangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan symbol. Lebih lanjut lagi Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara symbol dan tanda. Richards (1985) menyebut kata tabel sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kausal antara object (benda) yang melambangkan kata itu dengan kata tabel.
Dari uraian diatas dapat ditangkap bahwa salah satu cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger(1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki system fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud engan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.
Penjelasan Bolinger(1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada diluar bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hubungan bahasa dan realita.

2. Bahasa dan perilaku
Seperti yang telah diuraikan diatas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada perilaku selalu merujuk pada pelaku komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik, jika baik encoder mupun decoder sama-sama memilki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986).
Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikan juga akan membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.

Dari tulisan saya diatas mempunyai inti, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi antar manusia dan dalam bahasa sendiri ada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang harus selalu kita perhatikan agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa. Bahasa sangat mempengaruhi berlangsungnya kehidupan manusia karena dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar akan mempengaruhi cara kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman antara kita dengan orang lain.

Terima Kasih....

Sumber : www.Google.com dan id.wikipedia.org


Tidak ada komentar:

Posting Komentar